Menurut kepercayaan Islam, Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang terakhir. Dia sama seperti nabi-nabi dan rasul-rasul lain—seperti Nuh, Abraham, Musa, dan juga Yesus—yang merupakan manusia biasa. Umat kristiani, khususnya di Barat (sejak permulaan Perang Salib antara umat Islam dan Kristen Barat), mempunyai asumsi yang salah bahwa umat muslim menyembah Muhammad. Mereka merumuskan sebuah analogi yang keliru—mereka menyembah Yesus, yang dianggap sehakikat dengan Allah (latria), sehingga mereka berasumsi bahwa muslim menyembah Muhammad sebagai Allah. Ini merupakan salah satu alasan sehingga mereka memanggil umat muslim dengan sebutan yang keliru,Muhammedan, selama ratusan tahun! Chanson de Roland, sebuah karya epik berisi 4000 larik yang ditulis oleh Turold pada tahun 1100 M, bahkan menyuguhkan informasi keliru bagi seluruh orang Kristen Eropa yang sedang berada dalam suasana Perang Salib, dengan menggambarkan umat Islam sebagai agama politeistis yang secara rutin menyembah patung Muhammad dan Dewa Apollo (dewa musik, puisi, nubuat, dan pengobatan dalam mitologi Yunani)—karya ini lalu dianggap sebagai pelopor karya-karya islamofobis pertama yang terkenal di Barat. Terkadang berita-berita keliru semacam ini dikutip secara serampangan oleh kelompok-kelompok anti-Islam di Indonesia.
Bagaimanapun, Muhammad tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Allah (Yang Sejati). Dia mengajak orang-orang untuk hanya menyembah Allah Yang Mahakuasa, Satu, dan Sejati, dan dia terus-menerus menekankan kemanusiaannya sehingga orang-orang tidak terjatuh dalam kesesatan seperti, menurut pandangan umat muslim, kebanyakan umat kristiani dalam memandang Yesus.
Untuk mencegah penuhanannya, Muhammad selalu berkata dengan menunjuk dirinya sendiri sebagai “Utusan Allah dan Pelayan-Nya”. Muhammad ditunjuk dsebagai utusan Allah yang terakhir—untuk menyampaikan risalah yang bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga perbuatan nyata sebagai bukti dan contoh hidup risalah itu. Umat muslim begitu mengasihi dan menghormatinya sebab dia adalah sosok teladan moral tertinggi dan dia adalah kebenaran dari Allah—yang menegakkan monoteisme murni Islam. Bahkan ketika Islam berada dalam langkah-langkah awalnya, Allah menyingkapkan bahwa Muhammad “diutus sebagai rahmat bagi seluruh bangsa”—dengan demikian memberitakan kepada kita bahwa pesan Islam akan meluas di antara bangsa-bangsa.
Umat muslim berjuang untuk mengikuti teladan mulia Muhammad, tetapi mereka tidakmenyembah Muhammad sama sekali. Apalagi, Islam mengajarkan umat muslim untuk menghormati semua nabi dan utusan Allah (dulia)—tetapi menghormati dan mengasihi bukan berarti menyembah mereka sebagai ilah semesta alam.
Setiap muslim sejati menyadari bahwa segala penyembahan dan doa harus langsung ditujukan langsung kepada Allah Yang Mahakuasa semata—dan dalam nama Allah semata untuk menghindari kesalahpahaman yang menyebabkan kesesatan. Cukuplah dikatakan bahwa menyembah Muhammad—atau orang lain—di samping Allah Yang Mahakuasa dianggap dosa terbesar dalam ajaran Islam. Bahkan jika seseorang mengklaim dirinya muslim, tetapi menyembah dan berdoa kepada selain Allah—walaupun sebagai media perantaraan, ini membatalkan dan meniadakan keislaman dalam diri mereka. Syahadat Islam, yang diyakini roh dan jiwa, membuatnya semakin jelas bahwa muslim diajarkan untuk hanya menyembah Allah (Yang Sejati) saja. Syahadat tersebut berbunyi sebagai berkut: "Tidak ada ilah yang lain yang patut disembah dan diminta pertolongan selain Allah Yang Satu dan Sejati, dan Muhammad adalah utusan, pelayan, dan hamba Allah Yang Satu dan Sejati”.
lanjutkan
BalasHapus